Inadmissible (2014) adalah judul sebuah e-book (Kindle pinjaman dari seorang kawan bernama Rey) yang baru selesai saya baca (6 Des 2014). Penulisnya adalah Dr Tamer Elsayed, dulunya dosen (assistant professor) di KAUST, tempat saya bekerja saat ini. Secara kontekstual, inadmissible berarti “tak boleh masuk”, sebuah frasa yang menyimpulkan akhir dari cerita buku itu. Buku ini merupakan self-publishing book – tanpa bendera penerbit.

Buku ini adalah memoar lelaki Mesir yang punya prestasi akademik cemerlang (peringkat 5 ujian nasional SMA di Mesir), dan meraih PhD di California Institute of Technology (Caltech), Amerika. Di balik prestasi cemerlang itu, kehidupan pribadinya dipenuhi masalah-masalah sosial (keluarga dan hubungan asmara) dan hukum (kriminal). Awalnya, saya menggambarkan memoar ini dengan 3S: success, sins and self-appraisal. Success: pria ini memang layak mendapatkan sukses karena ketekunan dan strateginya dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi, kepandaian mencari celah kesempatan, kegigihan dan intelegensia sosial (kemahiran berbicara yang persuasif). Sins: buku ini menceritakan ketidakjujuran dan dosa (dalam arti, perasaan bersalah karena melampaui aturan agama yang dianutnya), terutama ketika ia memalsukan dokumen untuk aplikasi pinjaman uang kuliah (ia berpura-pura sebagai warga AS, karena warga asing tidak berhak mendapat pinjaman uang). Self-appraisal: hampir di setiap bab, pembaca tak henti-hentinya “diingatkan” bahwa penulis adalah orang yang berprestasi, dan lebih dari orang sekelilingnya; meskipun, ada frasa rendah hati yang mengikutinya, sekedar untuk menetralkan judgment pembaca; tapi tetap bahwa penulisnya ingin menampilkan citra positif.

tamer

Buku ini layak baca bagi mereka yang menyukai memoar non-tokoh (orang ramai, khalayak) yang tertarik dengan persoalan hukum di Amerika, isu-isu di balik mundurnya Tamer dari KAUST (dalam buku itu disebut RGU atau Research Graduate University), atau ingin mendapatkan motivasi dan wawasan mengenai kehidupan PhD. Buku ini well-written, ditulis dengan bahasa sederhana, agak emosional dan dramatis, nama tokoh-tokohnya disamarkan (sehingga ia semi-fiksi). Buku ini meminta pembaca menebak, dan memahami persoalan hidup Tamer dari perspektifnya. Hidupnya memang antara mudah dan tak mudah (seperti halnya kehidupan kebanyakan orang), tetapi cukup ekstrim karena harus berhadapan dengan sistem hukum Amerika dan kehidupan penjara. Integritas dan keutuhan keluarganya (hubungan ayah, ibu, dan saudara) juga rapuh, meskipun kohesinya nampak kuat. Dari buku ini, seseorang dapat belajar bahwa hidup adalah soal pilihan, keputusan dan aksi yang seyogyanya ditentukan sendiri (tanpa campur tangan keluarga berlebihan) dan tanpa sikap impulsif. Jiwa (dan kematangan) yang lemah (sekaligus ego yang tinggi) membawa seseorang pada keputusan-keputusan infantile yang akhirnya disesali. Bagusnya, buku ini memberi rambu-rambu kepada siapa saja mengenai kesalahan-kesalahan yang jangan sampai dibuat. Buku ini, singkatnya, mungkin soal what-to-do, what not-to-do dan maturity. Sangat disayangkan memang, bahwa ia harus berpisah dari anak perempuannya (yang dibawa pergi pulang oleh ibunya ke Amerika). Sangat disayangkan memang, bahwa gelar PhD di bidang computational mechanics dari “one of the finest institutions in the world” tersia-sia (wasted) karena tersandung isu pribadi (yang harusnya bisa dihindari dengan self-control yang memadai) di awal karir akademiknya. Pada akhirnya, saya cukup bersimpati dengan hubungan penulis dan anak perempuannya. Dan “simpati” inilah yang diharapkan penulis sebagai pelipur lara. Namun, itu tak jadi soal, karena simpati ini lebih kepada pengharapan bahwa anak perempuannya itu tidak menjadi dirinya dulu: menjadi anak yang merindukan sosok sang ayah.

Tautan tambahan

Leave a Comment

Your email address will not be published.