Ditulis oleh: Hepi Hari Susapto, PhD Student in Bioscience.

Musim panas (yep ada musim panas loh, walaupun panas terus setahun) tahun 2016 bisa dibilang waktu paling ramenya di lab kami karena jumlah total pelajar magang yg mencapai lebih dari 10 orang dari berbagai progam internship yang lab kami tawarkan. Yang menariknya bukan cm mahasiswa saja yang magang di tempat kami. Ada dua dari mereka yang merupakan pelajar SMA di Saudi yang terpilih untuk mengikuti program musim panas di KAUST. Di tulisan ini, saya akan berbagai pengalaman saya dalam membimbing salah satu dari anak SMA ini (ya itung-itung ngasih sesajen tulisan ke admin).

Belum genap satu semester saya berada di KAUST, antara bulan April/Mei 2016 si bos meminta kesediaan saya untuk menjadi assistant mentor dalam membimbing salah satu anak SMA yang akan magang di lab kami. Si bos menjelaskan sekilas apa diinginkan dia dari saya selama proses magang anak ini. Saya pikir g ada rugi nya ikut berpartisipasi dalam program ini. Nama dari program ini adalah Saudi Research Science Institute (SRSI). SRSI sendiri merupakan program musim panas selama 6 minggu yang menitikberatkan pada penelitian di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematik yang diikuti oleh 40 pelajar SMA berprestasi di Saudi. Beasiswa S1 di US akan ditawarkan kepada beberapa peserta terbaik di program ini. Selain itu, beberapa kontestan SRSI akan diberikan dukungan apabila ingin mengikuti kontes yang lebih bergengsi seperti Intel ISEF. Konsep dari SRSI sendiri mencontoh program yang sama persis yang diadakan tiap summer di MIT dengan nama Research Science Institute (RSI). Jadi sejarahnya, dulu anak salah satu orang penting di Saudi (lupa namanya) mengikuti RSI dan ketika kembali, si ayahnya melihat perubahan positif dari anak ini lalu mengusulkan diadakan program yang sama di KAUST.

Figure 1. Logo SRSI

 

Walaupun program ini sepintas biasa aja (target anak SMA), tetapi program ini didukung oleh orang-orang yang sudah berpengalaman. Bayangkan 38 Professor bersedia menjadi mentor untuk program ini. Yep, ada suntikan dana project untuk lab yang berpartisipasi. Mentor ini lah yang nanti membimbing penelitian dari para pelajar ini (satu mentor maksimal dua siswa). Karena kesibukan para mentor, mereka hanya membimbing dari belakang layar. Anak buah mentor lah (assistant mentor) yg bertugas memberikan bimbingan, berinteraksi setiap saat dengan bocah-bocah ini di lab. Selain penelitian, para peserta juga diberi bimbingan bagaimana menulis karya ilmiah dan juga presentasi oleh para tutor (beda tim dengan mentor) yang biasa dilakukan ketika malam hari di ruang-ruang kelas. Panitia SRSI juga tidak tanggung-tanggung dalam mengundang pembicara dari luar Saudi untuk memberikan seminar kepada para peserta. Sedangkan untuk aktifitas-aktifitas sosial di luar lab dan kelas, ada pembina (counselor) yang mengurusi para peserta. Pembina ini lah yang mengatur kegiatan-kegiatan refreshing/jalan-jalan buat para peserta di akhir pekan. SRSI bisa dibilang cuma satu-satunya summer program tanpa segregasi untuk putra/putri SMA di Saudi. Yah… cuma di KAUST di mana pria dan wanita bisa berinteraksi lebih bebas.

Para peserta SRSI dibagi ke masing-masing mentor berdasarkan hasil pemilihan topik penelitian yang sebelumnya telah ditawarkan oleh para mentor kepada panitia. Dua siswa yang memilih topik dari mentor kami berasal dari SMA KAUST. KAUST seperti kota mandiri yang memiliki fasilitas2 penunjang untuk komunitasnya dan SMA di wilayah timur Saudi. Siswa SMA KAUST inilah yang selama program ini berada dibawah bimbingan saya, dimana dia sendiri berkewarganegaraan Kanada. Hal ini dikarenakan KAUST yang merupakan penyelenggara, mendapatkan kuota untuk para siswa SMA nya tanpa memandang kewarganegaraan. Yoi, di KAUST sendiri bisa dibilang warga asing nya lah yang menjadi mayoritas penghuninya. Walaupun siswa non-Saudi di SMA KAUST bisa mengikuti SRSI, tetapi mereka tidak akan mendapatkan hadiah beasiswa S1 di US apabila menjadi salah satu peserta terbaik di SRSI.

Selama SRSI, saya dan siswa saya mencoba untuk mengembangkan hydrogel yang terbuat dari peptide untuk dimanfaatkan dalam proses penyembuhan luka. Walaupun tidak ada pengembangan material baru dari project ini, tapi paling tidak kami bisa memberikan pengalaman penelitian untuk si dia. Project ini awalnya kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu: synthesis peptide, analisis material, dan penerapan aplikasi. Tetapi kenyataanya, kami hanya bisa menyelesaikan dua tahap pertama.

Figure 2. Masih keliatan seumuran kan.

Pada minggu keempat dari program ini, tiap peserta diharuskan untuk menjelaskan penelitian mereka dalam bentuk poster kepada para pengunjung simposium selama dua jam. Sesi poster yang dilaksanakan di perpustakaan KAUST ini cukup ramai dikunjungi para dosen, staff dan juga anggota komunitas di KAUST. Para peserta sendiri cukup percaya diri dalam menjelaskan penelitian mereka dimana kita yang mendengarkan kadang tidak percaya kalau mereka ini masih SMA.

Figure 3. Foto dari hp si doi.

 

Di minggu terakhir, para peserta fokus dalam menyusun final paper dan presentasi. Saya kali ini hanya bisa membantu mengecek ulang sebelum masuk ke redaksi bos (mentor). Sebagai perbandingan saja, si siswa saya ini menulis paper dengan format standard tesis setebal 53 halaman untuk penelitian yang hanya berlangsung 4 minggu. Hampir tiap hari dia nglembur untuk mengejar deadline dan juga merubah draft yang tidak sesuai dengan review si bos.

Setiap peserta mempresentasikan hasil data penelitian mereka di hadapan para panitia dan sesama peserta yang lain selama 10-15 menit. Tidak ada proses tanya jawab selama sesi presentasi ini. Dari 40 peserta ini, diseleksilah 8 peserta terbaik yang selanjutnya mereka mempresentasikan kembali slide mereka di depan para juri yang merupakan dosen KAUST. Perbedaan kali ini, mereka akan diberi pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar menguji pemahaman mereka tentang penelitian yang telah mereka lakukan.

Figure 4. Jangan nunggu keadaan yang berubah menjadi baik ya, kalau ga kotor ya ga belajar deh

Setelah menunggu hasil penilaiannya, diumumkan lah kalo si siswa saya memenangkan top presentation. Terbalas sudah usaha dan cape dia selama 6 minggu. Ternyata berita bahagia bukan hanya datang dari dia, siswa yang satunya lagi menang best paper. Bisa ditebak bahagia nya bos saya dapat dua pencapaian ini. Padahal waktu itu, lab kami bisa dibilang belum ada nama dan kami masih baru di lingkungan KAUST.

Dan beginilah akhir bahagia dari summer program untuk anak SMA di lab kami. Walaupun tidak ada hadiah yang didapatkan dari siswa saya ini dikarekan kewarganegaraan dia yang bukan Saudi, tetapi bos menawari dia untuk melanjutkan project penelitian ini supaya bisa di-publish (anak SMA bisa publish jurnal itu sesuatu yang wah). Untuk saya sendiri, apabila saya ditawari lagi untuk membimbing tahun depan, mungkin gantian dulu aja sama yang lain. Sudah g bisa bebas pulang kemalaman lagi, ada yang nungguin di rumah. Hahaha…

Buat kalian yang lagi mencari-cari beasiswa S2/S3 di kampus yang memiliki fasilitas penelitian yang mumpuni serta monthly allowance yang bisa untuk investasi, cobalah daftar KAUST. Kecuali kalau kamu dapat beasiswa dari ETH atau EPFL, lupakanlah KAUST!!!

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published.