Muhammad Iqbal Khatami, atau biasa dipanggil Iqbal, adalah seorang lulusan Teknik Geofisika ITB tahun 2022. Sejak bangku kuliah, ia telah bercita-cita untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah menyelesaikan studi sarjana, ia mendaftar dan berhasil diterima di Imperial College London (ICL). Namun, biaya menjadi kendala utama yang membuatnya harus mencari beasiswa. Berbekal LoA yang telah diterima, ia mencoba peruntungannya dengan mendaftar beasiswa LPDP. Dua kali mendaftar, dua kali pula ia ditolak. Tak pantang menyerah, Iqbal mencoba mendaftar ke program Idea League, sebuah program master khusus geofisika yang memungkinkan studi di tiga universitas berbeda (TU Delft, ETH Zurich, RWTH Aachen) dan menyediakan beasiswa fully-funded untuk sebagian mahasiswa terpilih. Ia berhasil lolos seleksi program tersebut, namun sekali lagi, ia tidak mendapatkan beasiswanya.
Kegagalan demi kegagalan sempat membuatnya terpikir untuk mengubur mimpinya. Hingga suatu hari, ia teringat akan pengalaman saat mengikuti lomba yang salah satu pesertanya adalah Hasyim, kakak tingkatnya di Teknik Geofisika ITB yang mewakili KAUST. Belum pernah mendengar tentang KAUST sebelumnya, rasa penasaran membuat Iqbal mulai mencari informasi lebih lanjut tentang universitas ini. Ia pun menghubungi salah satu profesor di KAUST. Sayangnya, ia tidak mendapatkan balasan. Bukannya patah semangat, Iqbal mengalihkan fokusnya dan menghubungi profesor lainnya. Akhirnya, ia mendapat respons positif. Prof. Ravasi merespons dengan baik email Iqbal, dan setelah melalui proses seleksi yang ketat, Iqbal resmi diterima di KAUST.
Muhammad Iqbal Khatami
Uniknya, sebulan setelah diterima KAUST, pihak Idea League menghubunginya kembali dan mengabarkan bahwa ia mendapatkan beasiswanya. Dengan berbagai pertimbangan yang berat, Iqbal memutuskan untuk menolak tawaran Idea League dan melanjutkan studinya di KAUST.
Perjuangan beasiswa yang panjang ini akhirnya membuat Iqbal bisa melanjutkan studi di kampus impiannya, KAUST. Iqbal kini sering berbagi pengalaman tentang pahit manisnya perjalanan menuju beasiswa dan mimpi akademik mereka, mengukir masa depan di tempat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.