Penulis: Muhammad Ihsan Maulana
Saya Ihsan, akrab dipanggil Ican, mahasiswa baru MS/PhD pada program Bioengineering periode Fall 2024. Pada kesempatan kali ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman mengenai proses pendaftaran program MS/PhD tersebut, beserta beasiswanya, ke King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) secara singkat. Dari sharing singkat ini, saya berharap dapat memberi beberapa informasi bermanfaat bagi pembaca yang ingin mendaftarkan dirinya ke KAUST untuk tahun ajaran mendatang.
Sejak awal, saya memang sangat tertarik untuk merintis jejak menjadi seorang akademisi hingga bertekad untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Perlu untuk disampaikan bahwa KAUST memang bukanlah tujuan awalku, atau bahkan tidak pernah terpikirkan olehku untuk mendaftarkan diri ke KAUST sebelumnya. Suasana kehidupan dan indah rupa alam yang tersaji di negara-negara Eropa jauh lebih menarik — tempat singgah yang tepat sembari menyelesaikan studi lanjut, pikirku pada saat itu. Budaya yang terlihat bebas juga menjadi salah satu alasan personal mengapa saya ingin melanjutkan studi di Eropa. Berbanding terbalik dengan ekspektasi awal bahwa lingkungan KAUST yang berada di lingkup Saudi Arabia terkesan lebih konservatif dan monoton.
Tiba saatnya ketika salah satu rekan kuliah saya yang sudah menjadi mahasiswa KAUST terlebih dahulu, Axel, merekomendasikan kampus ini dan menceritakan beberapa hal berkaitan dengan proses perkuliahan di sana. Program studi, kehidupan, serta benefit yang akan diterima sebagai seorang mahasiswa resmi di KAUST. Ditambah dengan menyimak website resmi dan video profil KAUST itu sendiri, saya menyadari bahwa keragaman budaya di dalam area ini sangatlah bermacam-macam dan mematahkan ekspektasi awal mengenai kekonservatifan institusi pendidikan di tanah Saudi Arabia. Di bidang riset, KAUST juga salah satu kampus terbaik dengan jumlah sitasi yang fantastis, sebuah fakta yang berhasil membuka pintu secara perlahan untuk mendaftarkan diri ke kampus ini.
Icans (kiri) dan Axel (kanan), mahasiswa MS/PhD KAUST
Dalam waktu yang terhitung singkat, persiapan berkas-berkas pendaftaran seperti Statement of Purpose, tiga buah surat rekomendasi, persiapan IELTS, melengkapi CV, dan mencari beberapa opsi professor yang selaras dengan minat bidang risetku berhasil diselesaikan hanya dalam waktu kurang lebih satu bulan saja. Tanpa persiapan yang matang, sedikit pesimis mengingat acceptance rate yang relatif rendah. Kepada para pembaca, saya menyarankan untuk menyisihkan waktu lebih panjang pada bagian persiapan pendaftaran ini untuk memberikan hasil yang lebih maksimal dan tidak terburu-buru mengingat seleksi administratif juga merupakan bagian integral dari seleksi masuk KAUST.
Beberapa saat kemudian, sebuah notifikasi masuk mengenai undangan interview dari kedua grup riset yang saya daftar pada periode admission tersebut. Singkat cerita, keduanya berlangsung lancar dan singkat, durasi interview masing-masing hanya berkisar 10-15 menit. Kurang lebih membahas hasil riset selama S1 di Teknik Fisika ITB, kemampuan engineering yang dikuasai (termasuk software dan hardware), serta minat bidang riset ke depannya. Pada bagian ini, cukup kuasai apa yang Anda kerjakan sebelumnya dan siapkan mini plan mengenai rencana studi Anda selanjutnya.
Penantian pengumuman acceptance dari KAUST sangatlah lama, dalam kasus saya memerlukan waktu tunggu hingga sekitar 4-5 bulan. Dalam rentang waktu tersebut, saya tidak tinggal diam dan mencoba untuk mendaftarkan diri ke puluhan universitas luar negeri lainnya, mayoritas Eropa sesuai dengan alasan yang telah dijelaskan sebelumnya, yang memang memiliki kualitas yang unggul di bidang yang saya minati yaitu biomedical engineering. Tak pernah berhenti mengucapkan rasa syukur atas segara rezeki dari-Nya, saya berhasil mengantongi total 6 LoA (Letter of Acceptance) dari universitas-universitas yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Salah satu universitas tersebut adalah KAUST yang pada akhirnya mengirimkan LoA pada awal Maret 2024, hanya selang satu minggu dari proses interview HR.
Setelah proses panjang membandingkan dengan kelima universitas lainnya, kesempatan untuk bergabung ke dalam komunitas KAUST merupakan hal yang terbaik bagiku. Saya bisa berkesempatan untuk belajar dan menjalankan penelitian di universitas dengan fasilitas berkelas dunia secara gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun. KAUST juga memberikan beasiswa fully funded yang cukup generous sehingga dapat membuatku lebih fokus dalam perjalanan studi tanpa mengkhawatirkan masalah finansial untuk bertahan hidup di luar negeri.
Setibanya di KAUST pada awal Agustus, melihat kesempatan untuk menjalin relasi dengan orang-orang baru berlatar belakang lebih dari 100 kebangsaan dari seluruh penjuru dunia, membuatku bersyukur atas keputusan besar ini. Perlu diketahui bahwa untuk di area dalam KAUST, kultur bersosial yang terbangun masih tergolong fleksibel, bebas, dan tidak konservatif sebagaimana yang saya kira sebelumnya meskipun tetap berada di garis norma umum yang telah menjadi kesepakatan bersama. Secara keseluruhan, tidak ada hal yang saya sesali dan tidak ada keraguan setelah berada di KAUST beberapa saat terakhir ini.
Teruntuk teman-teman atau pembaca yang sedang termotivasi untuk mendaftarkan diri ke KAUST, pesan saya adalah untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin yang kalian bisa dalam proses admission. Serta yang terpenting tingkatkan kemampuan dalam berbahasa Inggris karena di lingkungan KAUST seluruhnya akan menggunakan Bahasa Inggris. Saya terbuka untuk pertanyaan mengenai perjalanan mendaftarkan diri di KAUST–juga universitas yang lain, dan tidak sabar untuk mendengar kabar baik dari kalian selanjutnya!
2 replies on “Muhammad Ihsan Maulana: KAUST bukan pilihan pertama”
Hallo Mas Isan, salam kenal. Saya sangat tertarik sekali untuk daftar KAUST, tetapi saya untuk saat ini terkendala bahasa inggris (IELTS) yang masih cukup rendah 5 perkiraan. Apakah jika saya dapat IELTS band score 6 atau 5.5 , apakah ada peluang saya keterima di KAUST?
Yah, sayang sekali Dadan, untuk persyaratan masuk di KAUST itu paten. Ada salah satu professor mau memasukan mahasiswa yang menurutnya diatas rata-rata, kalau persyaratannya belum terpenuhi tidak akan diterima di tahap HR.
Bisa belajar dulu sampai dapat skor yang memenuhi, semoga bisa diterima.