Ditulis oleh: Andika Perbawa (PhD Student di Earth Science & Engineering, Fall 2016)

Disclaimer: Sampai tulisan ini dipublikasikan (5 Maret 2016), yang bersangkutan masih sedang mengurus keperluan VISA. Andika akan direncakan tiba di KAUST pada Agustus 2016.

Pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit share tentang pengalaman saya mendaftar ke King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) di Saudi Arabia. Saya tidak akan membahas lebih detail mengenai segala fasilitas dan kemewahan yang dimiliki KAUST baik itu dari segi laboratoriumnya, penunjang pendidikan maupun penunjang hidup di sana karena sudah banyak dibahas oleh rekan-rekan KAUSTINA yang lain. Di sini saya akan spesifik bagaimana saya mulai menghubungi profesor (untuk mendaftar MS/PhD atau PhD WAJIB menghubungi profesor dahulu), mengisi application online, wawancara dan sampai mendapatkan surat pernyataan bahwa saya DITERIMA sebagai mahasiswa PhD di program Earth Science and Engineering untuk intake Fall 2016.

  1. Awali dengan NIAT

Untuk memulai menjajaki pendidikan yang lebih tinggi baik itu master maupun doktor a.k.a. PhD, memang sebaiknya diawali dengan niat. Jangan karena terpaksa atau ikut ikutan orang lain biar keliatan keren. Niatkan dulu untuk pengen belajar lebih jauh dan dalam lagi tentang apa yang kita inginkan dan butuhkan. Saya sudah punya niat untuk sekolah sampai dapat gelar PhD sejak kecil. Dulu berpikir karena ingin jadi guru di kampus dan ngajar. Tapi ternyata menyandang gelar PhD nanti akan lebih jauh lagi beban dan tanggung jawabnya. Itu lah yang bikin saya merasa tertantang dan ingin mengkejar gelar itu untuk dijadikan cita-cita akademis saya.

  1. Cari kampus yang cocok

Setelah niat, lalu mulai usaha pertama untuk mencari kampus dan cari topik penelitian yang menarik untuk dikerjakan. Untuk memilih kampus mana yang bagus tinggal tanya saja mbah google dan cari rangking perguruan tingginya. Selain itu, buat yang rajin baca paper bisa juga melihat authornya itu dari kampus mana lalu telusuri rekam jejak kampusnya itu. Lalu masuk websitenya dan cari research projectnya apa saja dan siapa profesornya.

Sebenarnya saya punya kandidat ada beberapa khususnya di bidang geofisika yaitu University of Manchester, Imperial College London, dan Colorado School of Mines. Itu lah target utama saya awalnya. Namun seketika berubah ketika teman kantor saya memberitahu tentang KAUST. Dan seketika itu pula saya langsung flashback sewaktu saya baru lulus Undergrad di ITB tahun 2009. saya melihat ada poster KAUST yang membuka pendaftaran mahasiswa angkatan pertama! Saya tertarik, namun dikarenakan alasan keluarga saya urung diri dan memilih melanjutkan S2 di ITB dan langsung mencari pekerjaan.

Setelah teman kantor saya itu yang bernama Parapaty Halley bercerita tentang KAUST, saya langsung cari infonya di internet dan cari tahu segala kelebihan dari kampus ini. Setelah saya cari infonya seharian, saya cuma bisa bilang ini kampus AMAZING!!! Silakan lihat kelebihan kampus ini di postingan rekan KAUSTINA yang lain. Setelah itu, saya membulatkan tekad untuk daftar KAUST.

  1. Cari teman yang sedang kongkow di KAUST lalu hubungi profesor yang cocok dengan minat

Saya sebenarnya sudah mengantongi calon profesor yang ingin dikontak, namun untuk meyakinkan saya tentang kampus dan profesornya, saya mencoba menghubungi teman saya dan anak Indonesia yang sedang kuliah di KAUST salah duanya Rinaldi M Rachman (seangkatan waktu S1 di ITB) dan Farizal Hakiki (karena dia kuliah di bawah profesor yang ingin saya kejar). Oiya, saya ada kenalan juga namanya Septian Lesmana Sitorus, dia teman istriku waktu di Las Vegas. Dia juga temannya temanku waktu dia kuliah di Rusia. Septian ini merupakan alumni Laboratory Assistant di Center for Subsurface Imaging and Modeling yang dipimpin oleh Prof Gerard Schuster (Gery).

Setelah diskusi sana sini saya akhirnya memutuskan untuk menghubungi Prof Gerard Schuster karena dia ahlinya seismic interferometry dan passive seismic. Ada buku rujukannya juga yang ditulis oleh Prof Schuster. Alasannya karena saya pernah punya pengalaman nge-run metode passive seismic sewaktu saya bekerja di salah satu perusahaan migas nasional Indonesia. Saya berencana ingin memperdalam lagi ilmunya dan mengembangkan metodenya. HASILNYA: ditolak! Dia bilang sudah tidak menerima mahasiswa lagi untuk Fall 2016. Hal ini sebenarnya sudah diwanti-wanti Septian. Dia bilang grupnya Schuster itu gede banget dan kayaknya overload. Dan memang hasilnya juga DITOLAK.

Tidak berhenti di situ, saya kontak Prof Tariq Alkhalifa (ahli seismic processing) karena saya ingin bisa dan memperdalam serta mengembangkan teknik seismic imaging. Dulu jaman kuliah saya suka mata kuliahnya. Kerja Praktek (KP) pun saya lakukan di salah satu perusahaan jasa nasional yang bergerak di bidang akusisi dan processing seismic data. HASILNYA: dicuekin! Ga ada email balasan secuilpun.

Ga pantang menyerah, saya coba kontak Prof Santamarina (12 November 2015). Saya lihat research projectnya ada tentang geophysical characterization. Wah mungkin cocok nih saya bilang, apalagi setelah liat dia juga berkecimpung di unconventional energy. Cocok lah dengan thesis master saya. Lalu saya kontak beliau melalui email seperti gambar di bawah ini.

Fig1A
Potongan email pertama ke Prof Carlos Santamarina

HASILNYA: Alhamdulillah! Dia bersedia namanya dimasukan ke dalam application online kita. Hal ini PENTING SEKALI karena untuk pelamar PhD sebaiknya mendapatkan “restu” dulu dari calon profesor yang bersedia mensponsori kita. Beliau membalas surat cinta saya hampir dua minggu setelah email pertama saya ke beliau (24 November 2015).

Email balasan dari Prof Carlos Santamarina
Email balasan dari Prof Carlos Santamarina

 

  1. Isi application online

Disini, kita isi data-data pribadi kita dalam application onlinenya KAUST. Isi semua termasuk data CV, statement of purpose, education background, publication dll. Saya ingin menekankan hal penting dalam melamar PhD yaitu: prestasi kita ketika Undergrad dan Master, jumlah dan kualitas publikasi, dan flexibilitas kita dalam ketersediaan project di kampus tersebut. Ada baiknya bagi calon pelamar PhD itu sudah pernah melakukan publikasi karya tulis ilmiah baik skala nasional ataupun internasional karena itu akan ditanya saat wawancara nanti. Hal itu juga menunjukkan kualitas kita dalam berkecimpung dalam penelitian dan kemampuan kita dalam menulis paper.

Oiya, yang tak kalah penting juga adalah recommendation letter. Saya hubungi dosen pembimbing saya waktu S1 dan S2, lalu Head of Geophysicist Department dari kantor saya juga sebagai sampel dari industri. Ketiga orang itu adalah Dr. Wawan Gunawan Abdul Kadir, Dr. Sonny Winardhi dan Mr. Stephen Murray Scott. Kalau bisa pilih yang melek teknologi karena ketika mengisi recommendation letter itu bakal automatic dari kampus ke recommender-nya langsung tanpa kita tahu apa isi yang mereka tulis. Setelah semua beres, saya submit application onlinenya tanggal 10 Desember 2015.

  1. Tes wawancara pertama dengan calon supervisor

Invitation untuk wawancara pertama dengan profesor akhirnya datang juga. Yang menghubungi adalah Ms. Karen Barter,  sekretaris research center dimana bertugas mengatur jadwal wawancara. Jadwal wawancara ini sendiri ditentukan tanggal 29  Januari 2016 yang artinya saya itu lebih dari satu bulan di-PHP-in sama KAUST sampai akhirnya mendapatkan kepastian wawancara ini.

Fig3A
Potongan invitation buat wawancara dengan Carlos

 

Untuk pertanyaan yang muncul saat wawancara dengan Carlos tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah diceritakan oleh Farizal Hakiki yaitu tentang:

  1. Kegiatan sehari-hari.
  2. Dimana saya bekerja dan mengerjakan apa.
  3. Tinggal dimana.
  4. Tahu dari mana KAUST.
  5. Kenapa mau daftar KAUST.
  6. Bagaimana prestasi waktu di kampus. Maksudnya nilai-nilai saya dibanding anak anak lain sejurusan. Posisi kita di antara mahasiswa semua (5% terbaik kah, atau sekian-sekian).
  7. Pernah melakukan penelitian tidak. Ini pertanyaan penting. Kalau sudah pernah terlibat penelitian sebaiknya diceritakan dengan jelas dan gamblang.
  8. Disuruh memilih apakah saya tipikal orang yang analitical, numerical atau experimental design. Saya pilih antara analitical dan experimantal design.
  9. Pernah mengoprasikan alat tidak. Disuruh jelasin alat yang pernah digunakan itu seperti apa cara kerjanya. Ini penting juga untuk melihat sejauh mana kita bisa mengoperasikan sebuah research instrument.
  10. After study plan mau ngapain. Saya bilang mau ngajar. Dia senang dengan orang yang cita-citanya ingin jadi pengajar karena se-visi dengan Carlos Santamarina.
  11. Dia bilang butuh geophysicist yang berkemampuan signal processing dan inverse problem. Terus ditanya pernah melakukan itu atau tidak. Metode apa yang dipakai. Kalau misal begini… begitu… .

Lalu kita dikasih kesempatan untuk bertanya. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk “mengorek” informasi tentang research yang sedang dikerjakan dan tentang kampusnya. Ini penting karena menunjukkan sudah sejauh mana “homework” kita untuk mengenal kampusnya dan ketertarikan dengan program study yang ditawarkan.

Wawancara dilakukan sekitar 30 menit. Lalu beliau bilang nanti akan ada lagi wawancara berikutnya, disuruh menunggu saja.

  1. Tes wawancara kedua dengan admission committee

Pada tanggal 3 Februari 2016, saya mendapat email dari KAUST untuk undangan wawancara kedua dengan admission committee. Saya diharuskan membuka link dimana akan ada pilihan hari dan jam untuk wawancara. Saya tinggal pilih saja. Jadwal saya adalah tanggal 8 Februari 2016. email dari KAUST itu sendiri dapat dilihat di gambar bawah.

Potongan email undangan untuk wawancara dengan Admission Committee
Potongan email undangan untuk wawancara dengan Admission Committee

Untuk pertanyaan yang dilontarkan pun sebagian besar mirip dengan yang sudah ditulis oleh Farizal Hakiki (LINK 1 dan LINK 2). Khusus untuk saya pertanyaannya adalah seputar:

  1. Tentang diri kita sendiri, keluarga (istri, anak, bapak, ibu)
  2. Pekerjaan kita sehari hari, kerja dimana, deskripsi sedikit tentang kantor tempat saya bekerja
  3. Pekerjaan dan latar belakang istri, ayah dan ibu.
  4. Sudah kontak dan wawancara dengan professor atau belum? Untungnya saya sudah ngobrol sama Prof Carlos
  5. Pernah ke luar negeri? Kemana saja. Sepertinya ini memang melihat se-internasional apa kita dan bagaimana menyesuaikan diri di lingkungan yang berbeda culture. Untungnya disini saya udah pernah ke berbagai negara jadi menurut saya jadi nilai plus.
  6. Tahu hidup di Saudi Arabia seperti apa? Kalau kehidupan di KAUST seperti apa? Saya bilang saja dari mertua yang pernah umrah. Kalau di KAUST saya tahu dari teman yang sedang kuliah disana.
  7. Status pekerjaan bagaimana? Apakah resign?
  8. Tahu dari mana KAUST? Kenapa daftar KAUST?
  9. Bagaimana ranking saat di undergrad dibanding teman seangkatan?
  10. Jumlah publikasi yang sudah terbit. Ini pertanyaan valid untuk mengukur sejauh mana kita menyenangi menulis dan terlibat dalam penelitian.
  11. Abis sekolah mau ngapain?

Jika dilihat, hampir pertanyaannya sama dengan wawancara dengan profesor namun saat itu kita saya diwawancarai oleh dua orang. Wawancara berjalan sangat cepat. Kira-kira 15-20 menit saja. Setelah itu wawancara selesai tanpa ada kata penutup ataupun pernyataan kapan akan diumumkan. Saya fikir mungkin karena jadwal interview mereka sangat padat.

 

  1. Pemberitahuan lulus atau tidaknya

Saya mendapat email pada tanggal 18 Februari 2016 yang isinya menyatakan bahwa decision has been made. Lalu di email itu ada link yang mengarahkan ke application online saya ketika mendaftar KAUST.

Fig5A
Potongan email yang menyatakan keputusan sudah tersedia di application online

 

Ada satu modul tambahan yang kalau saya klik itu muncul surat cinta balasan dari KAUST yaitu letter of acceptance. Yehaa… Fall 2016 nanti saya akan jadi bagian keluarga dari KAUST.

Potongan Letter of Acceptance dari KAUST
Potongan Letter of Acceptance dari KAUST

 

Demikian lah sekilah cerita dari saya mulai dari kontak profesor sampai mendapat surat penerimaan. Waktunya mulai dari 12 November 2015  sampai 18 Februari 2016. Artinya 3 bulan menuju cita cita untuk belajar di KAUST. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi teman teman lain yang ingin mendaftar di KAUST. Good luck!

 

Andika Perbawa

Jakarta, 29 Februari 2016

57 Comments

Leave a Comment

Your email address will not be published.