By: Farizal Hakiki (PhD Student in Earth Science & Engineering, intake Fall 2015)
Saya di sini akan ulas bagaimana perjalanan menuju KAUST dalam sudut pandang proses penerimaannya (admission). Untuk intake Fall 2015 ditutup 5 Februari atau kalau gak salah 25 Maret, karena saya sendiri bingung mana informasi yang benar. Ada dualisme informasi pada waktu itu. Kalau di web resmi sih 5 Februari 2015. Ini sepertinya efek pemoloran batas admission, tapi cuman ngganti di satu web saja.
November 2014
Mendengar kata “KAUST” dari teman satu kerjaan, Iqbal Fauzi. Thanks Bal! Seketika “menolak” karena diberitahu kalau KAUST itu di Arab Saudi. Waktu itu, lumayan sceptic dengan kualitas dan pelayanan di negeri arab yang semua bisa “di-insyaAllah-in“.
Desember 2014
Mulai mencari tahu via google, apa sih KAUST itu. Ternyata KAUST di luar pikiran yang pernah saya bayangkan. Saya coba baca blog-blog dari para ekspat berkulit putih yang tinggal di KAUST. KAUST memang beda. Mulai tertarik untuk mencari tahu lebih dalam.
Januari 2015
Mulai benar-benar bertekad untuk mendaftar ke KAUST. Sudah mulai membuat akun log-in di website admission-nya.
Februari 2015
Melengkapi formulir online yang ada di web tersebut. Serta mulai memberitahu dosen-dosen yang akan saya mintai rekomendasi. Ada tiga dosen yang sangat berjasa dalam proses ini (Lihat Figure 1): 1. Dr. Septoratno Siregar, yang saya beritahu via akun admission 15 February 2015 dan langsung disubmit rekomendasi untuk saya pada esok harinya. Wow; 2. Dr. Taufan Marhaendrajana, beliau merupakan kepala proyek pengembangan teknologi surfaktan untuk Lapangan Kenali Asam dan Tempino di mana saya bekerja; 3. Dr. Pudjo Sukarno, guru besar yang merupakan dosen pembimbing tugas akhir saya. Untuk Mas Pudjo, saya setting sebagai offline referee karena beliau yang sudah sepuh, lebih enak kalau pihak KAUST sendiri yang menghubungi beliau via telepon.
16 Februari, saya melamar Dr. Tadeusz W Patzek. Hasilnya tidak ada balasan.
Figure 1. Daftar referee saya untuk mendaftar ke KAUST.
Maret 2015
5 Maret, saya melamar Dr. J Carlos Santamarina via email Georgia Tech nya karena nama beliau sudah ada di web KAUST sejak 1 Maret namun alamat emailnya belum ada. Eh, ternyata ada automatic reply-nya (Lihat Figure 2).
24 Maret, saya melamar Dr. Yu Han (Chemistry at KAUST). Hasilnya tidak ada balasan. Saya melamar untuk membuat nanopartikel yang cocok untuk aplikasi EOR. Sayang, belum jodoh memang. Seingat saya, saya juga mendaftar Dr. Shuyu Sun (Applied Mathematics at KAUST). Tapi tidak ada rekaman di email saya yang ditemukan. Ntah, mungkin saya sendiri lupa atau mungkin waktu itu ngirim via email ITB.
25 Maret, formulir online saya finalisasi (Lihat Figure 3).
Figure 2. Email yang dikirimkan ke Carlos.
Figure 3. Rangkuman dari pendaftaran saya ke KAUST.
April 2015
28 April, dibalas email saya oleh Dr. J Carlos Santamarina serta diundang untuk interview via skype keesokan harinya.
29 April, saya diwawancarai oleh calon supervisor, Dr. J Carlos Santamarina via skype sekitar 45 menit. Wawancara pertama dijadwalkan siang (2 PM) waktu Indonesia. Berhubung kualitas microphone dan earphone saya jelek, beliau meminta saya untuk menjadwal ulang interview di hari yang sama selepas maghrib waktu Indonesia. Terima kasih saya ucapkan ke teman satu research consortium, Johannes Angkawijaya (Mikrobiologi ’10) yang telah meminjamkan laptop dan set earphone-nya untuk wawancara. Inti dari wawancara ini adalah mengenali lebih jauh tentang pendaftar terutama tekad dan latarbelakang akademiknya. Detail pertanyaan seperti:
- Ceritakan asalmu dan kondisi keluargamu?
- Bagaimana kehidupanmu di tahap sarjana dulu? Tinggal bersama orangtua atau sendiri?
- Apakah pekerjaanmu sekarang?
- Kamu sudah menikah atau belum?
- Mengapa harus ambil PhD?
- Mengapa harus memilih KAUST?
- Apa kemampuan yang kamu punya: analytical, numerical atau experimental design?
- Mana yang kamu pilih: analytical, numerical atau experimental design? (Saya memilih experimental design).
- Sebut dan jelaskan alat eksperimen dan prinsipnya yang kamu pahami!
- Apa yang kamu lakukan setelah lulus sarjana dulu?
- Apa mimpimu?
- Bagaimana kamu melihat dirimu dalam 10 tahun ke depan?
- Apa kegiatanmu di waktu senggang atau akhir pekan?
Mei 2015
18 Mei, mendapatkan undangan dari admission committee untuk wawancara via skype (Lihat Figure 4).
25 Mei, wawancara skype dengan seorang dari admission committee dan seorang dari Dean’s office (ternyata saya baru tahu setelah di sini, dia adalah Chairman ErSE). Terima kasih saya ucapkan ke teman satu research consortium, Johannes Angkawijaya (Mikrobiologi ’10) yang telah meminjamkan laptop dan set earphone-nya untuk wawancara yang kedua kalinya. Inti wawancara adalah menguji kesungguhan pendaftar. Untuk pertanyaan ini mungkin sudah menjadi SOP para interviewer untuk ditanyakan ke pendaftar namun untuk wawancara dengan professor pasti berbeda-beda dan tidak ada pattern yang bisa diamati, kan tergantung karakter professor-nya. Detail pertanyaan dengan admission committee adalah seperti ini, pasti selanjutnya tidak jauh berbeda:
- Bagaimana kamu tahu KAUST?
- Mengapa harus KAUST?
- Kamu tahu bagaimana hidup di Saudi Arabia?
- Kamu tahu bagaimana hidup di KAUST?
- Kamu sudah pernah ke Saudi Arabia atau negara GCC lainnya?
- Bagaimana performa akademik mu pas sarjana dulu? Apa topik penelitian yang kamu lakukan (jika ada). (Karena tidak semua undergraduate diharuskan untuk menulis tugas akhir atau bachelor’s thesis, misal di US).
- Sekarang kamu tinggal di mana dan apa kegiatan (pekerjaan)mu sekarang?
- Negara yang sudah kamu kunjungi mana saja? (Pertanyaan ini saya kira untuk menunjukkan seberapa paham si pendaftar tentang kehidupan multikultur karena lingkungan hidup di KAUST adalah benar benar multietnis dan multiwarganegara. Mulai dosen, mahasiswa, pegawai akademik dan staff non akademik adalah didominasi non-arab).
- Sudahkah kamu mendapat sponsor dari faculty member?
- Mengapa kamu memilih dia? Bagaimana kamu mengenalnya?
- Mengapa harus mengambil PhD?
- Jika kamu tidak diterima di KAUST, apa yang akan kamu lakukan?
- Apakah kamu juga diterima di universitas lain atau pernah/sedang mendaftar ke universitas lain? Pertanyaan ini saya rasa untuk mengetahui kualitas pendaftar. Kalau kita menyebut “Ya, saya sudah diterima di universitas lain X, Y, Z.” Ini menunjukkan nilai jual kita. Jadi, tunjukkan kalau kita juga laku di universitas yang jauh lebih tua dari KAUST. Kalau urusan kualitas, KAUST itu luar biasa. The best people in their research area is invited here as faculty member or speaker. Coba pikir, kalau Kalian sudah diterima di Imperial College London dengan kondisi tanpa syarat alias Unconditional LoA sudah ada, ini menunjukkan kualitas Kalian memang bagus. Ini membantu admission committee dalam menilai kamu. Ya masa sih, orang sebagus kamu ditolak oleh KAUST. Mengenai hal ini bisa tanyakan ke Bang Ditho, hehehe. Lantas, apakah KAUST tidak tersinggung dengan “diduakan“. Saya rasa ini wajar, ini bukan masalah diduakan kok, saya yakin. Pertanyaan tersebut untuk mengetahui kualitas kita saja di mata kampus lain. Tujuan KAUST adalah mencari kandidat terbaik untuk belajar di sini. Ngapain juga “ngambek” gegara pendaftar sudah diterima di kampus lain.
- Apa kegiatanmu di waktu senggang atau akhir pekan? Apa hobimu?
- Saya melihat ada pengalaman “Physics Olympiad Trainer” di CV mu, bisa ceritakan?
- Berapa banyak publikasi ilmiah yang kamu sudah terbitkan? Berapa conference paper dan di mana saja negara penyelenggaranya? Berapa peer-reviewed journal paper yang kamu terbitkan? Kalau pertanyaan ini disampaikan oleh Dr. Georgiy L. Stenchikov, Chairman of Earth Science & Engineering. Jadi, beliau hanya tanya berkutat publikasi saja dan menyampaikan salam penutup.
Figure 4. Undangan untuk melakukan wawancara melalui skype.
26 Mei, dapat kabar tentang keputusan akhir pendaftaran di KAUST oleh supervisor (Lihat Figure 5). Alhamdulillah, accepted. Selang beberapa detik, dapat kabar dari Admission Office juga tentang final decision-nya.
Figure 5. Keputusan akhir dari panitia penerimaan mahasiswa yang dikirim ke pembimbing saya.
Looking for candidate for our PhD supervisor is terribly tiring if you have done it exactly a year. Most of them gave very good & positive responses. While the others were awfully sorry that his research group was full. The rest did not reply at all. I wish Carlos would be the last and promote me as a PhD holder in Spring 2020 (Aamiin). See all my proposed faculty sponsor for my endeavor in Figure 6. Pesan untuk para dosen di Indonesia, jangan enggan membalas email mahasiswanya ya. Saya yang jelas-jelas orang asing saja disambut dengan hangat emailnya.
Saya tidak membatasi diri saya hanya mencari sponsor yang dari Petroleum Engineering (Teknik Perminyakan) karena prinsip saya adalah PhD itu yang paling utama adalah melakukan penelitian bukan kuliahnya (course). Dari 24 nama tersebut, 13 nya adalah di Petrol Eng. Sisanya bervariasi dari Kimia, Teknik Mesin, Earth Science, Teknik Sipil dan lain lain. Ini belum lagi proses yang melibatkan dengan admission committee langsung tanpa via profesor. Selama saya suka research-nya dan yakin punya latarbelakang yang sama, why not apply to him/her? Mungkin beda lagi kalau bagi teman-teman yang ingin jadi dosen di Indonesia. Dengar-dengar harus ada ke-linear-an dengan jurusan yang akan diajar. Dari sekian banyak sponsor, Dr. Dongshen Wen (Particle Science and Engineering, Univ of Leeds) lah yang paling sering berkomunikasi karena saya beberapa kali meminta tolong beliau untuk membuat surat rekomendasi ketika mendaftar beasiswa X dari pemerintah Indonesia. Alhamdulillah, saya mendapatkan beasiswa dari KAUST yang jauh lebih makmur dari beasiswa X tersebut. Jadi, jangan lelah untuk mencari sponsor (calon pembimbing) kalau masih di bawah angka 20, hehehe. Tips lagi, sering-seringlah nongkrong ke GradCafe karena di sini ada diskusi dari para pendaftar KAUST. Mereka saling update status mereka sudah sejauh mana proses pendaftarannya. Wajib bagi Kalian para pemburu beasiswa untuk nongkrong di GradCafe, karena tempat ini benar-benar bermanfaat. Tambahan dari blog saya (The article can be visible and available upon request. Contact him!).
Figure 6. Perjalanan yang melelahkan.
KESIMPULAN
Allah memberikan yang kamu butuhkan bukan sekedar yang kamu inginkan.
Written at Thuwal, Saudi Arabia, 18 September 2015. Apartment H-4102-106.