Categories
Uncategorized

Indah Hermansyah Putri: Kenapa Harus S3?

Ditulis oleh: Indah Putri, PhD student di Ali I Al-Naimi Petroleum Engineering Research Center, KAUST

 

Kenapa Harus S3?

Pertanyaan yang sering banget di dapat :
– Kenapa S3? Mau jadi dosen? – NO
– Anak-anak gimana? – SEHAT
– Ada pembantu emang disana? Yakin bisa? – NGGAK YAKIN

Sebenarnya jawaban paling mudah, UANG. Saya ingin punya uang sendiri lagi. Bukan berarti suami pelit, tapi andai ibu tidak bekerja, pasti tau sekali rasanya menggunakan uang keluarga buat ke salon atau beli tas, rasanya kok sayang ya mending buat anak. Tapi saat Anda bekerja, seperti ada pembelaan “gw udah kerja, boleh lah nyenengin diri sendiri”.

Kenapa gak kerja aja? Dulu di KAUST, student’s spouse boleh bekerja, lalu saya daftar. Dapat 4 tawaran kerja, tapi akhirnya saya ambil satu tawaran untuk jadi asisten laboratorium (dari Professor saya saat ini). Namun, beberapa hari kemudian keluar peraturan baru bahwa “Spouses are not allowed to work”. Seperti tersambar petir, kerjaan di lab geologi yang sepertinya udah di depan mata dengan gaji yg lumayan banget (dibanding jadi student) akhirnya pupus begitu saja. Teman-teman dekat tau betapa saya depresinya, dan sempat berpikir pulang ke Indonesia.

Saat itu si Professor sudah menawarkan sekolah, namun saya pikir saya tidak akan mampu dengan dua anak, cucian, masak, beberes, dan masih harus ngerjain tugas kuliah dan riset???? Udah GILA!!! Yang ada dipikiran saya, saya pengen suami cepat lulus, dan segera cabut ke Indonesia. Seriously, hidup saya hancur tanpa ART. Terpujilah semua ART yang ada di Indonesia!!!

Namun, suatu hari, saya mengikuti seminar di “The Kaust School”. Setelah tour dan melihat semua fasilitas, dan kurikulum serta cara mereka mengajar, saya jadi berpikir: Sekolah ini selevel dengan JIS di Jakarta, yang biayanya bisa 200 juta rupiah/tahun belum termasuk uang pendaftaran, sementara di sini GRATIS. Saya gak akan mampu masukin anak saya ke sekolah semahal itu di Jakarta, kalo mampu pun, yakin mau ngabisin duit segitu??? Ya lagi-lagi, DUIT … Saya emang mata duitan. Disitulah saya mulai goyang… jadi pengen stay lebih lama karena jadi student dan sekolah anak gratis secara ekonomi sangat menguntungkan ($$$) hahahaha.

Beberapa hari kemudian, si Professor menghubungi saya lagi (By the way, ini setelah hampir setahun berlalu ya), apakah saya mau jadi student nya. Saat itu H-7 deadline pendaftaran. Saya tidak punya TOEFL, GRE, saya belum punya segala surat rekomentasi dan statement of study purpos. Akhirnya saya taruhan dengan diri saya sendiri, saya ingin tau apakah Tuhan wants to play another game seperti saat saya gak jadi kerja, or this is what He wants for me.

1. Saya tidak mau keluar uang untuk TOEFL/GRE. Jika saya harus test lagi, saya mundur. Mending uangnya buat anak (lagi-lagi DUIT). Namun akhirnya saya tidak perlu semua itu karena saya lulusan USA.
2. Biasanya surat rekomendasi butuh waktu lama. Jika deadline nggak kekejar saya mundur. Semua dosen dan ex-Boss mengirimkan rekomendasi dalam 1×24 jam.
3. Motivation letter yang saya kirimkan penuh TYPOS. Saya pasrah, karena keburu-buru saya emang gak ngecek detail. Saya tetap dipanggil interview.

Singkat cerita, semua berjalan mulus lancar seperti jalan tol lautnya Pak Jokowi. Interview less than 5 min. Dan keterima. Seluruh proses transfer visa, dll juga mudah. Setelah mulai kuliah pun, saya bisa mengatur rumah dan kuliah dengan cukup baik, tidak se-mengerikan yang saya bayangkan.

Saya punya catatan hal yang ingin saya capai selama hidup, dan S3 adalah bagian dari impian saya. Namun di buku catatan harian saya, ini goal untuk usia 40-45 tahun. Tapi semuanya datang lebih awal. sekali lagi mungkin ini rencana Allah.

Seluruh hal yang saya capai adalah karena saya sangat ambisius kepada apa yang saya inginkan dan rencanakan, dan ini adalah satu-satu nya hal yang saya lakukan dengan hanya berpasrah.

Ternyata saat Tuhan bilang “YES”,
Semua bilang “AKU JUGA IYES!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *