Categories
Akademik Artikel Kisah Sukses Kami Kuliah Pindah ke KAUST

Farizal Hakiki: Perjuangan Tak Kenal Putus Asa

Ditulis oleh: Farizal Hakiki (Mahasiswa Baru KAUST BS-to-PhD program, Earth Science and Engineering August 2015, Lulusan CumLaude Teknik Perminyakan ITB)

 

Kuliah di Timur Tengah (Middle East)… What??? Saya gak kebayang bakal menempuh pendidikan di Arab Saudi (Kingdom of Saudi Arabia). Orang kuliah sarjana aja gak kebayang apalagi ini PhD. Dulu apa yang di dalam benak saya adalah bagaimana cepat mendapat kerja yaitu ingin sekolah ke SMK (Sekolah Kejuruan). Tapi karena suatu hal yang sangat pribadi, akhirnya saya putuskan untuk SMA di SMAN 1 Lawang, Malang dan Alhamdulillah selanjutnya dapat beasiswa penuh dari ITB melalui Beasiswa ITB Untuk Semua (BIUS). Setelah menjalani kuliah, saya pun terlena dengan rasa pengetahuan saya dan ingin sekali untuk sekolah lagi. Proses demi proses Alhamdulillah saya diterima di beberapa universitas selain KAUST.

 

Beberapa beasiswa pun saya coba daftar. Dari sekian mendaftar, sekian kali pula saya ditolak. Akhirnya, Letter of Acceptance yang sudah saya terima tadi saya tunda, istilahnya defer. Alhamdulillah, LoA saya untuk PhD, jadi bisa defer “seenak jidat” dengan disesuaikan jadwal seleksi beasiswa. Tidak perlu satu tahun untuk menunda. Tapi, Tuhan berkata lain, sampai rekan kerja saya, Iqbal Fauzi (PIC untuk Laboratorium Interfacial Tension a.k.a. IFT di Teknik Perminyakan, ITB) mengusulkan universitas di Timur Tengah bernama KAUST.

 

Mendengar kata “Timur Tengah” saja, saya sudah tidak berminat. Di pikiran saya, terbayang dosen pria semua, mahasiswa semua (tak ada mahasiswi), kagak ada bioskop dan panas. Ah mana tahan dengan belajar mulu. Hehe, I am not that too religious guy anyway. Or, not religious at all, I guess. Yeah sometimes, “have fun” addict. Tapi iseng iseng saya ketik aja di google “KAUST”.

 

WOOOOW, it is amazing. It is coming up with fabulous pictures. It is the first mixed sex university in KSA. Kuliahnya pun macam di US, celana pendek boleh, hehe. Punya bioskop kok, selow. Dosennya pun berkaliber dengan indeks penelitian yang WOW juga. Saya di sini berminat pada program PhD, jadi saya langsung tembak ke topik penelitian dan professor yang bersangkutan (See Figure 3). Saya pernah mendapat wejangan dari dosen saya di ITB bahwa PhD is not looking for the university but looking for the Professor. You will completely study from him/her during your entire study. So, find out who is the expert in the area you are interested in.

 

Anyway, di KAUST saya mendaftar program MS/PhD, program PhD yang diperuntukkan bagi lulusan sarjana (Bachelor Degree). Progam MS/PhD ini memberikan opsi pada student untuk mendapatkan MS (Master Degree) atau tidak. Tapi, sang professor ingin saya segera terjun ke dunia riset. Jadi, MS sepertinya tidak akan saya penuhi syaratnya. Untuk lebih jelasnya silakan baca web admission KAUST.

 

Kembali ke perjalanan meyakinkan diri untuk mendaftar. Saya mulai ublek-ublek web KAUST sejak November 2014. Entah web nya atau linkedin. Dari situ saya dapatkan nama Dr. Shuyu Sun, eks dosen UT Austin di Department of Mathematics. Beliau sangat ahli di bidang numerical computation in porous media. Wah, ketika melihat profilnya, saya harus mendalami reservoir simulation nih. Mendalami di sini berarti harus berani “ngoding” untuk bikin simulator. Wah, mampus aku. Tapi tak ada pilihan lain, yang nyerempet dunia “Petroleum Engineering”, setahu saya waktu itu Dr. Shuyu Sun. Jadi, saya beranikan untuk melamar beliau lewat email. Alhasil, tidak ada respon dari beliau. OK, FINE. I thought it was the end of my attempt to approach KAUST.

 

Beberapa waktu berlalu dan muncullah berita bahwa di KAUST didirikan UPERC (Upstream Petroleum Engineering Research Center) dengan dikepalai oleh Dr. Tadeusz Wiktor Patzek. Beliau eks professor di Petroleum & Geosystem, UT Austin. Sebelum di UT Austin beliau di UC Berkeley. Jejak rekam penelitiannya pun luar biasa. Wah, KAUST ini benar benar universitas yang pengajar dan penelitinya kece-kece, in frontier area. Selanjutnya, saya beranikan untuk melamar beliau. Saya yakin kali ini akan berhasil karena beliau dari Petroleum Engineering (PE). Tetoooot, salah besar. Email balasan pun tidak saya terima. OK, REALLY FINE. I thought it was the real end of my attempt to approach KAUST.

 

Beberapa profil professor pun saya kepo ­in. Tidak hanya di web resmi KAUST, tapi juga di google scholar (Link: scholar.google.com). Saya baca sepintas paper papernya. Mulai Dr. Tariq A. Alkhalifah, Dr. Ibrahim Hoteit, dkk. Wah semuanya tentang history matching and too geophysics. Memang sih, jurusan yang paling nyerempet di KAUST adalah ErSE (Earth Science and Engineering). Sepertinya saya ampun deh kalau suruh programming tingkat akut.

 

Akun admission di KAUST pun saya buat sekitar awal February. Tapi tidak saya finalisasi sampai hari terakhir penutupan admission, sekitar awal April (5 April kalau gak salah). Yah, lantaran saya belum mendapatkan sponsor dari professor yang cocok dengan minat saya. Saya inginnya sih eksperimental atau analytical model development. Kalau sampai numerical work, wah saya nyerah. Memang, tidak ada professor yang cocok sampai ada berita bahwa ada newly appointed faculty, bernama Dr. J. Carlos Santamarina. Setelah saya telisik, beliau ahli ekseperimental. Namun kok dari Civil Engineering ya. Universitas asalnya keren abis sih yaitu Georgia Institute of Technology. Masa iya saya belajar hal yang jauh dari PE?

 

Paper demi paper saya telusuri, ternyata beliau adalah ahli di bidang Geotechnical Engineering. Beberapa researchnya pun merambah EOR entah itu surfaktan atau CO2, Well cementing, Hydrate bearing sediment dan Core characterization. Wah, jan juos tenan. Iki baru cocok. Sayang, beliau new faculty member di KAUST. Jadi, di personal page nya belum ada email. Terus, gmana dong? Saya coba email beliau di email Georgia Tech nya @gatech.edu. Eh ada autoreply-nya yang menyatakan bahwa beliau udah pindah ke email dengan domain @kaust.edu.sa. Alhamdulillah saya coba email beliau. Pertengahan Maret pun saya email beliau. Whhaaaaattt??? Tidak ada balesan juga??? Ya udah deh saya finalisasi aplikasi mau gak mau, kan ini sudah awal April.

 

Akhir April pun tiba. Daaaaan, teteeeet. Ada email balasan dari Carlos. WOW. Beliau balas, kalau saya berminat dan akan mendukung aplikasimu. Akhirnya, looping kirim email untuk mendapatkan promotor pun berakhir. Tolong persiapkan TOEFL dan GRE untuk mendaftar. Terus saya balas deh, kalau sebenarnya saya sudah daftar hampir sebulan. Gara-gara gak ada sponsor professor, jadi aplikasi saya belum ada kabar. Beliau pun langsung mengurus application saya ke admission committee. Wow, gercep kali ini professornya. Besok juga, beliau ingin mewawancarai saya via skype. Interview skype pun berlangsung sekitar 45 menit. Untuk detail isi interviewnya, nanti ada tulisan khusus ya, tunggu.

 

Alhamdulillah, akhir April yang berbuah manis. Bermain pingpong email pun sudah dimulai. Beliau pun sering bertanya, sejauh mana aplikasi saya. Wah, mana saya tahu, setiap kali saya email admission committee, balesannya ini (Lihat Figure 1). Itu pun tidak satu dua kali, tapi berkali kali. Jawabannya pun sama. Wah ini mah copy-paste. Wajar, applicant nya juga banyak kan. Di forum gradcafe pun saya dapatkan teman yang dibales demikian juga. Akhirnya, karena jawaban ini dirasa tidak memuaskan, professor saya sendiri yang tanya ke admission committee. Woooow, gercep pisan lah. Beliau malah memberi tahu saya, kalau application saya sedang dalam screening tahap 3. Alhamdulillah. Beliau sangat baik.

 

1

Figure 1. Percakapan saya dengan admission committee.

 

Alhamdulillah, pertengahan May saya dapatkan undangan interview oleh admission committee. Interview akan dilaksanakan pada tanggal 25 May 2015. Interview pun berlangsung sekitar 30 menit. Detail isi interview akan diulas di bahasan khusus ya. Ini lah takdir Tuhan, 27 May 2015, saya mendapatkan Decision Notification dari admission committee. Alhamdulillah, setelah klik link, saya lihat kata pertama “Congratulations!” (Lihat Figure 2).

2Figure 2. Potongan surat penerimaan dari KAUST.

 

 

3

Figure 3. Diagram alir untuk mendaftar studi paskasarjana. Di KAUST, ada seleksi tahap administrasi yang artinya jika tidak lolos pasti tidak akan ada undangan wawancara. 

 

4

Figure 4. Name Tag at My Office Desk.

Thus, we must be persistence in looking for the suitable professor who is eager to support and supervise us. Kesimpulan bisa di lihat di Figure 3 dan Figure 4. Ditulis di Thuwal, KSA, 10.45 PM. Oleh Farizal Hakiki.

“NikmatKu yang mana lagi yang akan kau dustakan?”

6 replies on “Farizal Hakiki: Perjuangan Tak Kenal Putus Asa”

keren mas, saya barusan ngepoin satu persatu faculty dari earth science and engineering (departemen kah bacanya??) dan ketemu sama bapak santamarina, kebetulan saya juga dari divisi geotek di teknik sipil, tapi saya lebih tertarik ke bidang likuifaksi, juga mitigasi bencana dan bapaknya seperti lebih fokus ke sedimen dan properties tanah ya mas, ada juga saya baca ttg pile foundation, tapi bukan response thp tanah yang terlikuifaksi..
apakah kalau tidak ada professor dengan bidang riset yang kita inginkan di KAUST, solusi terbaiknya adalah mencari universitas lain mas? :”)
makasih banyak mas atas reply nya

Ya kampus lain. Carlos Santamarina bukan orang klasik geoteknik tapi experimental physics.
Saran hanya untuk S1/S2 background fisika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *